Jumat, Juni 13, 2008

Dith Pran "The Killing Field" Meninggal Dunia

Gak sengaja aku barusan menonton sebuah film yang ternyata sangat legenderasi, maklum saat film itu dirilis aku masih berusia sangat hijau. Yup, The Killing Fields membuatku mendadak tergugah dan mengernyitkan kening, betapa tugas seorang jurnalis begitu besar pengaruhnya terhadap sebuah perubahan peradaban dan nilai sejarah. Betapa mereka benar-benar berjuang menjadi seorang yang sangat idealis, dan meninggalkan sebuah kehidupan yang sebenarnya bisa membuat mereka nyaman. Sebuah nilai perjuangan yang membuat aku tiba-tiba saja takluk dan tersentak kalbun, tak menyana arti penting sebuah pengorbanan secara umum. Sesuatu yang sedikit sekali dilakukan di negeri ini. Berikut beberapa tulisan yang kucari dari pelbagai koran dan situs berita tentang nama Dirt Pan dan sosok Schanberg.

THE
Killing Fields, Anda pernah membaca novel atau menonton filmnya? Kisah tentang ladang pembantaian itu adalah kisah nyata Dith Pran yang berjuang hidup dan lolos dari kekejaman rezim Pol Pot. Dith Pran adalah orang yang mencetuskan terminologi The Killing Fields. Ia telah berhasil mengatasi keganasan tentara Khmer Merah, tapi tidak untuk kanker pankreas. Minggu (30/3), Dith menghembuskan nafas terakhirnya di RS New Jersey, Amerika Serikat.
Dith Pran lahir di Siem Reap 27 September 1942. Nama dirinya adalah Pran. Dith adalah nama keluarga. Dalam tradisi Asia, nama keluarga ditaruh di depan. Dith fasih berbahasa Prancis dan Inggris. Di Kamboja ia bekerja sebaga penterjemah untuk perwakilan resmi Amerika. Tahun 1970, ketika kekuasaan Raja Norodom Sihanouk jatuh dan tentara Kamboja berperang melawan tentara merah Vietnam yang komunis, Dith bekerja sebagai penterjemah untuk wartawan Times yang bertugas di Phnom Penh, Sydney Schanberg. Dith menjadi partner Schanberg meliput konflik di Kamboja.
Saat kekuasaan Amerika menyurut di Kamboja dan Vietnam Schanberg pulang ke negaranya. Dith ingin ikut meninggalkan Pnom Penh, ikut Schanberg ke Amerika. Tapi, gagal. Dith terjebak di dalam kota bersama ribuan warga kota Phnom Penh.
Saat itu Pol Pot membunuh semua tokon intelektual Kamboja. Dith bertahan hidup karena menyamar sebagai petani tidak berpendidikan. Ia masuk kamp kerja paksa dan mengalami berbagai macam penyiksaan. Empat setengah tahun Dith menjadi bagian dari masyarakat baru yang coba dibangun Pol Pot di atas darah masyarakat Kamboja.
Dalam sebuah kesempatan ia berhasil melarikan diri. Ia berjalan sejauh 40 mil untuk mencapai perbatasan Thailand. Perjuangan yang sangat dramatis karena ia harus menghindar dari patroli tentara khmer merah dan orang-orang vietnam. Akhirnya ia berhasil mencapai perbatasan Thailand dan menghubungi sahabatnya Schanberg. Mereka akhirnya bertemu kembali dalam suasana yang sangat mengharukan. Dith berhasil masuk Amerika dan menjadi warganegara adi daya itu. Ia merintis karir sebagai wartawan foto.
Tahun 1980 Schanberg menuliskan kisah Dith dalam buku The Death and Life of Dith Pran yang menjadi cikal bakal film dan novel The Killing Fields. Tahun 1984 film The Killing Fields meraih tiga Ocar. Sosok Dith Pran diperankan Haing S. Ngor, orang Kamboja yang juga berhasil melarikan diri dari kekejaman Pol Pot. Haing bahkan berhasil meraih Oscar sebagai pemeran pembantu terbaik. Sayang, ia tewas mengenaskan, ditembak perampok tahun 1996.
Dith adalah pejuang kehidupan sejati. Setelah berhasil lolos dari keganasan Pol Pot, ia tidak bisa menghindari keganasan kanker. Sebelum kematiannya, ia sadar betul tidak mungkin lagi baginya hidup lebih lama. "Saya ingin meyelamatkan hidup saya, tapi masyarakat Kaboja percaya bahwa tubuh kita hanyalah pinjaman. Tubuh adalah rumah bagi jiwa, dan jika rumah ini sudah rapuh, itulah saatnya pergi meninggalkan rumah," katanya.

Tidak ada komentar: